Senin, 27 Mei 2013

38 langkah menuju trader yang sukses part 1

Setelah membaca beberapa pengalaman dan buku The Way to Trade oleh John Piper, kami akan menuliskan 38 langkah menuju trader sukses dalam 2 bagian. Di langkah keberapakah anda sekarang?

1. mencari tahu tentang trading melalui buku, seminar dan riset
2. mulai trading dengan pengetahuan dasar yang kita miliki
3. Konsisten loss dan sadar butuh pengetahuan dan informasi lebih banyak
4. Mencari lebih banyak informasi
5. Mulai mencari pair lain yang dianggap lebih mudah diamati
6. Kembali ke market dan trading dengan pengetahuan yang diperbarui.
7. Kalah lagi, mulai kurang pede dan mulai takut.
8. Mulai mendengarkan pendapat orang luar dan trader lain
9. Mulai menang dan berpikir kalo di pair ini bisa berarti di pair lain juga pasti bisa.
10. Berganti pair utama lagi
11. Cari informasi tambahan.
12. Mulai menang juga di pair lain biarpun sedikit.
13 Over confidence dan akhirnya market mengambil seluruh profit sebelumnya.
14. Mulai sadar bahwa sukses trading perlu waktu dan pengetahuan yang banyak dan ga segampang membalik telapak tangan.

Kok kayanya 14 langkah pertama jelek-jelek semua ya. Dan faktanya ada banyak trader yg mundur di langkah 14 ini. Apa langkah sisanya? tunggu part 2

Senin, 13 Mei 2013

Trade even can be success before 30


Sramek merupakan salah satu trader muda yang baru berusia 20 tahunan. Ia terpilih sebagai Top Trader termuda dari 100 Top Trader di Wall Street. Dengan usianya yang masih muda tersebut, Sramek dikenal mempunyai temperamen yang cukup arogan. Dilansir bahwa dia pernah membuat komentar di situs Twitter pribadinya sesaat setelah diwawancarai oleh 4 reporter CNN. Komentar tersebut berbunyi “saya baru saja berdebat ekonomi dengan 4 orang reporter CNN yang baru lulus kuliah. Mereka melihat saya seperti Gordon Gekko.” Gordon Gekko adalah seorang tokoh utama antagonis (diperankan oleh Michael Douglas) di dalam film “Wall Street” yang mempergunakan kekuatan uangnya dalam mengendalikan market.
Walaupun ia dikenal dengan sikapnya yang arogan, namun Sramek merupakan orang yag jenius. Betapa tidak, di usaianya yang masih terbilang cukup muda ia sudah mampu membuktikan dirinya sebagai trader muda yang berhasil. Hingga saat ini, Sramek masih berstatus sebagai siswa di London School of Economic. Salah satu tujuan hidup Sramek yang ingin ia capai melalui pendidikannya adalah bahwa ia ingin menjadi orang yang membuat sesuatu perubahan yang besar, dan ia butuh posisi yang kuat untuk ini. Baginya, Sekolahan mendidiknya sesuai buku teks, dan jarang melahirkan seorang individu yang berpikir secara independen. Sehingga, melalui pendidikan yang ditempuhnya, ia ingin membuat perubahan besar.

Sramek mulai saat ia berusia 13 tahun. Lalu setelah kuliah pengalaman tradingnya semakin menanjak. Dan ia kemudian mampu mengumpulkan banyak uang dari hasil tradingnya tersebut. Pengalaman trading Sramek yang tidak bisa disepelekan tersebut sempat membawanya menjadi analis market di investment bank seperti AKO Capital, Marshall Wace, Barclays Capital, Deutsche. Hingga kemudian Sramek menginjakkan kakinya di belantara Wall Street bersama Goldman Sachs. Dari sinilah karir Sramek sebagai seorang trader berkembang pesat. Dan salah satu prestasinya adalah ia bersama rekan satu teamnya di divisi Emerging Market Trading Desk Goldman Sachs, meraih hasil yang sungguh mencengangkan dunia. Di masa yang akan dating, Sramek juga memiliki target untuk menjadi entrepreneur. Karena baginya market itu seperti puzzle yang fantastik dan terus berubah setiap kita menambahkan satu demi satu bagian puzzle. Just another Logical Puzzle

Kamis, 09 Mei 2013

Set and Train Your Minds

Salah satu pertanyaan yang sering terlontar sebelum memasuki dunia trading adalah apa yang paling penting untuk disiapkan sebagai trader. Itu pertanyaan yang cukup menggelitik kami juga sebagai penulis, karena itu kami harus melakukan browsing ke beberapa situs dan akhirnya menarik kesimpulan awal versi newbie.

Seperti banyak hal dalam hidup lainnya, senjata terbesar yang bisa mempengaruhi manusia adalah pikirannya sendiri. Demikian juga dalam trading, permainan mental dan pikiran disaat menghadapi fluktuasi grafik valas merupakan hal yang sangat penting. Di sisi lain, pikiran dapat membuat trader untuk self destruct dan di sisi lain itu juga bisa menjadi penyangga terbesar bagi sang trader untuk kesuksesannya.

Cara yang paling banyak disarankan adalah memulai trading melalui demo account. Pada saat menjalankan demo tersebut, kondisikan pikiran untuk mengikuti target dan membatasi kerugian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan mendisiplinkan pikiran seperti itu, maka mindset trader tersebut akan lebih stabil disaat benar-benar memasuki real account, karena disaat demo sudah terbiasa dengan target dan stop loss real.

Ini merupakan kesimpulan kami sebagai newbie di dunia trader dari hal-hal yang telah kami baca. Tentu saja jika ada tambahan dan pendapat dari para pembaca sekalian, kami sangat mengharapkannya.

Minggu, 05 Mei 2013

Theo F T. Salah Satu Pioneer Valas Indonesia


Theo adalah salah satu trader sukses dari Indonesia yang kisahnya akan kami angkat diblog ini . The berpendapat bahwa “jika judi nasib pelaku 100% tergantung pada kartu, “Di pasar uang ada hal-hal yang bisa diperhitungkan dan dicarikan peluang.” Menurutnya, ada beberapa faktor untuk betul-betul memahami bisnis trading, antara lain adalah lobi termasuk kemampuan berbahasa, dan faktor informasi.
Bisnis di pasar uang memang menggiurkan. Namun, bisnis di pasar uang juga dapat berisi penuh kekecewaan. Karena apa? It’s about money. Orang-orang hanya tergiur melihat angka, dan mereka ramai-ramai bermain tanpa mempelajari tatanan dan seluk beluknya terlebih dahulu. Di samping itu, keserakahan manusia yang langsung menginginkan untung besar dan selalu untung membuat resiko kekecewaan itu makin besar, sehingga pemahaman awal dan latihan mental dalam trading sangat diperlukan.
Theo berpendapat bahwa, setelah perang dingin reda dan komunisme runtuh, tak ada lagi kekuatan yang punya daya penghancur sangat dahsyat selain uang. Ketika uang menjadi komoditas, dampaknya global. Bencana keuangan di suatu negara segera bisa merembet ke negara lain. Siapa sekarang orang kaya di kawasan krisis yang merasa terjamin hingga 7 keturunan? Tak terbayangkan, uang bisa berlipat kali atau hancur sama sekali hanya dalam hitungan hari bahkan jam. Masih menurut Theo, jika ditarik dari dimensi filosofis, dia mengungkapkan bahwa krisis ekonomi terjadi adalah akibat ulah manusia yang menganggap uang sebagai ideologi.
Theo lahir di Manado, 21 September 1956. Awalnya ia berangan-angan jadi pastor, tetapi kemudian ia dikeluarkan saat naik ke kelas 3 Seminari Menengah Tomohon tahun 1974. Anak ke-4 dari 7 bersaudara ini sama saja dengan ayah, paman, para sepupu, dan saudaranya, yang pernah masuk ke seminari namun gagal jadi pastor. “Saya menanggung harapan besar, nilai dan aktivitas sekolah bagus. Maka ibu terguncang dan jatuh sakit ketika saya keluar,” kenangnya. Pastor pembimbingnya saat itu mengatakan bahwa ia akan lebih sukses hidup di luar biara. Kendati sedikit menyesalkan keputusan itu, Theo kemudian berbalik haluan. Ia melamar ke Bank Indonesia dan diterima di BI cabang Surabaya. Setelah 2 tahun ia bekerja, timbul keresahan di antara teman-temannya yang cuma berijazah SMA. Sebab dengan begitu, mereka tak mungkin bisa masuk jajaran staf. “Nggak bakal pakai dasi dong seumur-umur,” papar Theo mengenang.
Nampaknya BI tanggap pada kegalauan itu, dan kemudian mengadakan seleksi untuk promosi, di mana peserta yang lolos akan disekolahkan sejajar dengan Universitas. Selanjutnya 4 orang lulus, dan salah satu diantara 4 orang itu adalah Theo. Dengan total keseluruhan yang lolos se Indonesia berjumlah 60 orang. Peserta yang lolos kemudian dimasukkan ke Pendidikan Ahli Administrasi dan Keuangan Bank di Jakarta dan menjalani pendidikan maraton dari pukul 08.00 – 17.00 setiap hari dengan fasilitas penuh, selama 3 tahun. “Gelarnya sejajar akuntan, tapi BI nggak kasih gelar, takut kami keluar.” Ungkapnya.
Setelah lulus dari sanan Theo bekerja di bagian pengawasan BI selama setahun, kemudian ia kembali mengikuti seleksi intern guna ditempatkan di London. Dari 40 peserta hanya Theo yang lulus. Di London, Theo langsung menjadi staf termuda pada usia 23 tahun. Kesempatan di sana itu ia gunakan untuk mengikuti serangkaian pelatihan dan praktik, diantaranya adalah belajar valas di Paris, London, Amsterdam, dan Kopenhagen, mempelajari bank sentral di Denmark dan Belanda, menggeluti cadangan emas di Swis, juga duduk dan bermain di banyak ruang transaksi valas. “Waktu itu kepala dealing room Jakarta pindah, jadi saya disiapkan untuk menggantikannya. Saya sadar, untuk jadi dealer harus punya pengalaman dan cakrawala dengan duduk di pusat keuangan dunia.” Ungkapnya. Penempatan dealer di BI sebenarnya bertujuan untuk mengelola cadangan devisa sejumlah AS $ 6 miliar dengan menempatkannya di posisi yang tepat, dan bukan untuk memperdagangkannya. “untuk itu, maka di luar jam kerja, saya main margin trading atas nama pribadi, bukan BI.” Ujar Theo.
5 tahun Theo bermukim di Inggris. Sebenarnya, ia ingin pulang ke tanah air, namun pemerintah Inggris mengetahui reputasinya dan memberi izin tinggal tetap dan bisa bekerja apa saja. Kemudian selanjutnya ketika Theo benar-benar pulang ke Indonesia, ia sekaligus minta izin keluar dari BI untuk masuk ke London School of Economics (LSE) dengan tujuan sebagai batu loncatan untuk dapat bekerja di Bank Dunia atau IMF. Tujuan tersebut kemudian berubah haluan ketita ia keasyikan bermain valas dan membuatnya menjadi malas bersekolah. Dia berkata “jiwa saya player, jadi saya tak jadi masuk LSE meskipun sudah diterima. Saya main valas terus, dan ingin menikmati hasilnya. \”
Pada pertengahan 1980-an, main margin trading modal dengkul masih berlaku, di mana dengan modal yang dipinjamkan kalau mendapatkan untung dapat masuk kantong sendiri. Sehingga, pada masa itu, tak sulit mereguk untung lantaran pasar gampang diterka. Memasuki tahn 1987, peluang meraup keuntungan makin sulit. Selain pemain makin banyak, modal pun mulai diatur, dan saat itulah Bank Duta terpuruk karena permainan valas.
Soal kesempatan meraup untung memang tak ada yang lebih cepat daripada main valas. “Saya masih ingat, hanya dengan mengangkat telepon dari vila di Puncak sambil main gaple dan makan pisang goreng, bisa dapat AS $ 60.000 semalam.” Kenangnya. Telepon dan berbagai alat komunikasi memang diibaratkan cangkulnya buat cari makan. Karena peralatan tersebut membantu memudahkan untuk bertransaksi ke seluruh dunia, memantau pasar yang berjalan 24 jam sehari, juga melihat kerugian dan keuntungan uangnya. “Tapi hidup saya tak habis di sana. Apa lagi saya harus membagi pengetahuan kepada banyak orang. Saya hanya menghitung, biar orang lain yang dapat keuntungan.” Ungkapnya.
Theo hanya bekerja dari rumah, ia tak terikat pada aturan dan jadwal kerja yang pasti. Ia adalah pegawai bagi dirinya sendiri, dan juga pegawai yang mengantar anak-anak ke sekolah, menemani mereka bepergian, bahkan mendampingi saat mereka mau tidur. Theo beranggapan bahwa anak-anak lebih memerlukan kebersamaan ketimbang uang. Baginya anak-anak pula yang menghadirkan cerita unik bagi perjalanan hidupnya. Baginya, anak-anak adalah segalanya. rekan sepanjang hidup, sekaligus rem manakala dirinya terlalu keasyikan bermain uang.